!-- blueadvertise.com ad code : Big Box 300x250 -->

Tuesday, October 26, 2010

America's Next Top Model: wanita dan eksploitasi





Tyra Banks adalah seorang super model yang WWOOOOWWW!!! Gosh! She’s over 40 but still rocks. Dan seperti yang kita tahu bahwa dia disibukkan dengan menjadi host serta executive producer di America’s Next Top Model. Sebuah acara pencarian model papan atas yang berskala nasional (Amerika). Dengan adanya acara ini sudah banyak wanita Amerika yang berlomba untuk berada dalam acara tersebut. Tentunya bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam acara ini harus memenuhi kriteria tertentu seperti tinggi badan yang tidak boleh di bawah 5’7” (sekitar 173 cm) walau ada satu episode khusus dimana kontestannya mimiliki tinggi tidak lebih dari 5’7” (cycle 13).

Para kontestan benar-benar berusaha keras untuk mendapat gelar tersebut walau sadar ataupun tanpa sadar mereka telah menjadi sebuah tontonan menarik. Menarik karena kita bisa melihat mereka di make over, terlibat drama, menangis di dalam confession room, dan semua adegan yang membuat mereka “menjual” keberadaan mereka.





Saya sempat berpikir “Tidakkah ini semacam Eksploitasi Wanita?”

Pendapat saya tentunya tidak terlalu lebay jika kita kaitkan dengan beberapa kenyataan yang ada.

· Saat mereka di make over

Ini saat dimana mereka mendapat penampilan berbeda dari sebelumnya. Kadang penampilan yang kontestan dapat sesuai dengan yang ia inginkan meski lebih banyak dari mereka yang komplain dengan hasil make over tersebut. Disini saya lihat para kontestan menjadi “kelinci percobaan” bagi hairstylist. Ingatkah kalian dengan Brenda di Season 14 dimana tampilannya akhirnya dirubah karena dianggap terlalu tua setelah ia melakukan make over.

· Saat mereka terlibat drama

Here you are. Bagian terfavorit saya selain photo shoot. Dimana terjadi cat fight. Tapi yang jadi masalah, sadarkah yang mereka bahwa saat mereka terlibat drama baik itu berupa percecokan, pengumpatan, atau mungkin perkelahian sebenarnya mereka menjadi sebuah tontona yang mengasyikkan. Tentu saja mengasyikkan jika dibanding dengan sinetron-sinetron Indonesia. Tapi saya yakin bahwa bagian drama itu memang berbau unsur kapitalisme atau komersalisme. Jika memang tidak mengandung unsur tersebut, untuk apa ditayangkan hayooo???







gambar di samping adalah Brenda (cycle 14) yang sedang adu mulut dengan kontestan lain (kalau tidak salah Angelea)











· Saat mereka curhat dalam confession room

Jangan pikir drama yang ada selesai sampai disitu. Di dalam tempat tinggal mereka disediakan sebuah ruangan untuk curhat. Disana mereka bisa curhat apa saja. Umumnya yang mereka curhatkan adalah drama yang terjadi di tempat mereka tinggal. Untuk apa ditayangkan? Kalau bukan untuk menarik penonton. Sekali lagi, mereka adalah objeknya dan kita adalah subjeknya yang melihat kelakuan mereka di depan kamera.

· Bukan maksud sok tahu, tapi siapa alumni ANTM yang benar-benar menjadi seorang TOP Model?

Ini yang menjadi pemikiran terakhir saya. Bagi saya belum ada lulusan ANTM yang benar-benar menjadi TOP model. Jadi bisa diasumsikan bahwa apa yang menjadi fokus bagi produser adalah saat mereka menjabat sebagai kontestan. Setelah selesai mereka tetap menjadi model dan berkarir, tapi mana TOPnya?

Setelah menilik semua bukti-bukti yang ada, saya berpendapat mungkin ini ada hubungannya dengan Marxist Feminism. Dimana wanita menjadi pusat dari “korban” kapitalisme. Ini bukti bahwa kapitalisme benar-benar ada dalam acara ini.

Tetapi dibalik itu semua, kita tahu bahwa itu adalah sebuah acara dan mereka (para kontestan) bersedia melakukannya.

Jadi jika mereka mau, kenapa tidak?

Particularly in the West, women are exploited not only in literature but also in economic and social conditions (Bressler, :151).

No comments:

Post a Comment